Menyekolahkan anak ke pesantren adalah keputusan besar yang seringkali diiringi oleh beragam pertimbangan dan kekhawatiran dari orang tua. Di tengah berkembangnya narasi negatif tentang pesantren, baik di media sosial maupun film, seperti film Malaysia yang saat ini sedang viral "Bidaah", penting bagi orang tua untuk memilah informasi secara objektif dan mengambil langkah bijak demi pendidikan terbaik bagi anak.
Kekhawatiran Orang Tua: Antara Realita dan Stigma
Beberapa kekhawatiran umum yang dirasakan orang tua meliputi:
Kekhawatiran akan Radikalisasi
Film seperti "Bidaah" mengangkat isu penyimpangan pemahaman agama dan penyalahgunaan kekuasaan atas nama agama. Walaupun film tersebut fiksi, ia berpotensi memperkuat stereotip negatif terhadap lembaga pendidikan Islam seperti pesantren.
Kekhawatiran Anak Tidak Mengikuti Perkembangan Zaman
Banyak orang tua khawatir bahwa kurikulum pesantren terlalu fokus pada ilmu agama, sehingga anak tidak cukup mendapatkan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan modern.
Kekhawatiran Anak Terisolasi dari Dunia Luar
Beberapa pesantren masih menggunakan sistem asrama tertutup, yang membuat orang tua khawatir akan keterbatasan interaksi sosial anak di luar lingkungan pesantren.
Isu Kekerasan atau Kekakuan dalam Pola Asuh
Stigma mengenai pola pengasuhan keras dan kedisiplinan ekstrem juga menjadi pertimbangan serius bagi para orang tua.
Langkah Orang Tua untuk Menghilangkan Kekhawatiran
Agar tidak terjebak pada persepsi negatif yang belum tentu akurat, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut:
1. Riset Mendalam Sebelum Memilih Pesantren
Cari pesantren yang terbuka terhadap pengawasan publik, memiliki rekam jejak baik, dan memadukan kurikulum agama dengan ilmu umum. Cek mendalam bagaimana kredibilitas para pengasuh dan tenaga pengajar. Kunjungi langsung jika perlu
2. Libatkan Anak dalam Proses Pengambilan Keputusan
Diskusikan dengan anak tentang harapan dan tujuan pendidikan di pesantren. Ini membantu membangun kesiapan mental anak dan mengurangi tekanan.
3. Bangun Komunikasi Rutin dengan Pihak Pesantren
Pastikan pesantren menyediakan jalur komunikasi yang terbuka antara orang tua dan guru atau pengasuh. Ini penting untuk memantau perkembangan anak secara berkala.
4. Pahami Bahwa Pesantren Bukan Tempat 'Membuang' Anak
Pesantren seharusnya bukan menjadi pilihan terakhir atau tempat 'mengurung' anak, tetapi sebagai lembaga pendidikan yang membentuk karakter dan akhlak.
5. Kenalkan Nilai Toleransi dan Kritis pada Anak Sejak Dini
Ajari anak untuk mencintai agama dengan cara yang damai dan terbuka, sehingga anak tidak mudah terpengaruh oleh ajaran yang ekstrem.
Pengaruh Film "Bidaah" terhadap Pandangan Masyarakat
"Bidaah" menggambarkan tokoh agama yang menyimpang dan menggunakan kekuasaan secara manipulatif. Film ini, walaupun memiliki pesan penting untuk melawan kebodohan berbalut agama, bisa menciptakan ketakutan baru jika ditonton tanpa pemahaman konteks yang tepat. Hal ini bisa memperbesar keraguan terhadap pesantren dan lembaga keagamaan.
Namun, justru dari sini, masyarakat dan orang tua bisa belajar untuk tidak menerima segala sesuatu secara mentah. Film semacam ini bisa menjadi bahan diskusi kritis tentang pentingnya pendidikan agama yang murni, inklusif, dan toleran.
Kekhawatiran orang tua terhadap dunia pesantren memang wajar, apalagi di tengah maraknya narasi negatif. Namun, melalui pendekatan yang terbuka, komunikasi yang baik, dan riset yang mendalam, pesantren bisa menjadi tempat terbaik untuk membentuk generasi yang religius, cerdas, dan berkarakter. Orang tua berperan penting dalam menyiapkan dan mendampingi anak dalam proses ini.