Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati Hari Kartini—hari yang dipersembahkan untuk mengenang perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan hak perempuan, terutama dalam hal pendidikan dan peran di masyarakat. Namun, Hari Kartini bukan sekadar seremoni mengenakan kebaya atau menghias sanggul. Ia adalah simbol dari setiap langkah terang perempuan Indonesia—dari masa lalu hingga hari ini.
Pendidikan Sebagai Cahaya Awal
Kartini percaya bahwa pendidikan adalah pondasi utama dalam membebaskan perempuan dari keterkungkungan budaya dan kebodohan. Di masa kini, langkah terang ini terus bergulir. Perempuan-perempuan Indonesia kini tak hanya mengisi bangku-bangku sekolah dan universitas, tapi juga menjadi pendidik, ilmuwan, peneliti, bahkan pemimpin lembaga pendidikan. Dari ruang kelas sederhana hingga laboratorium canggih, perempuan Indonesia hadir dan bersinar.
Suara di Tengah Masyarakat
Dulu, suara perempuan kerap dibungkam oleh norma-norma yang membatasi. Kini, suara mereka menjadi penentu perubahan. Perempuan aktif di dunia politik, menjadi legislator, kepala daerah, hingga menteri. Mereka juga menjadi pemimpin komunitas, aktivis lingkungan, hingga pejuang hak asasi. Suara mereka bukan hanya didengar, tapi juga dihargai dan diikuti.
Berdiri di Tengah Teknologi dan Inovasi
Perempuan Indonesia kini bergerak di tengah revolusi digital. Mereka menjadi founder startup, insinyur, analis data, desainer game, hingga pengembang aplikasi. Dalam dunia yang dulu didominasi laki-laki, perempuan kini menjadi pionir yang membawa sentuhan empati dan kecerdasan sosial dalam inovasi teknologi.
Menjaga Budaya, Menjadi Inspirasi
Di tengah kemajuan zaman, perempuan juga menjadi penjaga nilai-nilai budaya dan tradisi. Mereka adalah seniman, penulis, pembuat film, perajin, dan pelestari bahasa daerah. Mereka menyampaikan cerita-cerita lama dengan gaya baru, menjadikan budaya sebagai sumber inspirasi, bukan beban masa lalu.
Ibu yang Membangun Peradaban
Kartini pernah berkata bahwa perempuan adalah tiang negara. Dalam peran sebagai ibu, istri, dan pengasuh, perempuan mendidik generasi penerus bangsa. Mereka menanamkan nilai, kasih, dan semangat perjuangan dalam keluarga, yang menjadi fondasi dari peradaban itu sendiri.
Kartini Kini: Bukan Hanya Nama, Tapi Gerakan
Hari Kartini bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tapi juga merayakan langkah-langkah terang perempuan masa kini. Dari pelosok desa hingga kota besar, dari ruang rumah hingga panggung dunia, perempuan Indonesia terus berjalan, melangkah dengan percaya diri, membawa terang bagi sekelilingnya.
Maka, mari kita rayakan Hari Kartini bukan hanya dengan bunga dan kebaya, tapi dengan menghargai setiap perjuangan perempuan di sekitar kita. Karena setiap langkah mereka adalah bagian dari terang bangsa ini.
Langkah kami dari Pondok Pesantren Nurul Hakim, semoga dapat membawa terang bagi sekitar.